Perdana Menteri Jepang Yoshihiko Noda Jadi WNI?



Perdana Menteri (PM) Jepang, Yoshihiko Noda, kini mungkin sudah menjadi warga negara Indonesia (WNI). Sejak Agustus lalu di parlemen menjanjikan untuk membubarkan parlemen dan membuat pemilihan umum (Pemilu) ternyata sampai hampir kini, sudah tiga bulan, tetap saja tidak ada tanda-tanda pembubaran parlemen, bahkan sebaliknya membentuk kabinet baru 1 Oktober lalu.
Chikai uchi ni, dalam waktu dekat, menjadi kata-kata sangat populer di Jepang saat ini, "PM Jepang benar-benar sudah menjadi orang Indonesia barangkali ya atau banyak belajar dari Indonesia mungkin," ungkap Akiko Tanaka, seorang pengusaha Jepang kepada Tribunnews.com, yang sering berbisnis dengan Indonesia.
"Saya kalau berbicara dengan orang Indonesia selalu bilang - besok ya - tapi bukan next day, melainkan bisa sebulan lagi, atau entah kapan saya tak mengerti," tambahnya.
Kepercayaan masyarakat kepada PM Jepang sudah sangat menurun drastis saat ini, diperkirakan hanya sekitar 25 persen saja karena banyak sekali kebohongan dilakukan kabinet partai Demokrat (Minshuto) saat ini.
Misalnya kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) yang disahkan belum lama ini. Pada saat pemilu tahun lalu, awal Minshuto mulai berkuasa, di dalam kampanye mereka selalu menyatakan tidak akan menaikkan PPN bahkan tertulis di dalam garis besar haluan (kebijaksanaan) Minshuto tertulis tidak akan menaikkan PPN di Jepang.
Dengan segala alasan dan berkelit berbagai hal, akhirnya Minshuto malah mengesahkan dan menaikkan PPN yang saat ini 5 persen, tetapi tahun 2014 menjadi 8 persen dan selanjutnya menjadi 10 persen. Sejak pertengahan tahun inilah masyarakat umum sudah mulai menjauhkan diri dari Minshuto karena kebohongan tersebut.
Kini sudah tiga bulan, chikai uchi ni, dalam waktu dekat, tetap saja tidak ada tanda untuk membubarkan parlemen. Bahkan saat bertemu Ketua partai Liberal (LDP), Shinzo Abe,  dan Ketua Partai Komeito, Natsuo Yamaguchi, Noda mengelak bertanggungjawab akan kata-katanya tersebut.
"Jujur saja ya, saya sangat kecewa sekali dengan jawaban Noda. Kita sama sekali tidak bisa membangun kerjasama dengan orang seperti itu. Saya sangat marah," papar Abe kepada wartawan terus terang seusai pertemuan dengan Noda.
Pertemuan ketiga kepala partai politik Jumat lalu sebenarnya dengan tema satu, untuk mendengar sekali lagi langsung dari Noda bagaimana janjinya untuk membubarkan parlemen dalam waktu dekat.
Bukan hanya menjauhkan isu pembubarkan parlemen, Noda malah mengusulkan tidak hal agar dibahas dan diselesaikan dulu, barulah dilakukan pembubaran parlemen. Tiga  usulannya itu adalah mengurangi daerah pemilihan untuk mengatasi suara-nilai kesenjangan pada pemilu mendatang, meminta kerjasama oposisi agar meloloskan RUU mengenai obligasi defisit, dan usulan ketiga mengenai pembentukan panel reformasi bagi peningkatan kesejahteraan sosial di Jepang.
"Saya akan memutuskan setelah keputusan kerjasama itu bia dilakukan. Saya sendiri tak ada niat untuk memperpanjang jabatan saya. Selain itu  saya tak bisa janji waktu yang pasti mengenai pembubaran parlemen. Sayang dalam pertemuan tadi tidak tercapai kesepakatan bersama," papar Noda.

Sementara itu beberapa media Jepang memberitakan Azuma Koshiishi ( 76) tampaknya mempunyai rencana membiarkan Jepang berantakan, sehingga masyarakat akhirnya akan menyalahkan partai oposisi (LDP, Komeito, dll) sebagai penyebabnya. Setelah menyalahkan oposisi, saat pemilu nama Minshuto dapat meningkat kembali. Inilah strategi utama Minshuto saat ini mengulur waktu untuk pembubaran parlemen, karena menyadari popularitas partai ini sangat jelek saat ini, sehingga apabila dilakukan pemilu diperkirakan kuat akan jatuh.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Akay lovers